Sunday, December 29, 2013

Yang Terjadi pada Usus Jika Diet Berubah




Kompas.com - Setiap hari tampaknya selalu ada diet-diet terbaru yang menawarkan cara paling mudah untuk menurunkan berat badan. Meski begitu, ada alasan kuat untuk tidak mudah tergoda mencoba pola diet yang baru.

Menurut studi yang dimuat dalam jurnal Nature, mengubah pola diet secara drastis sangat berpengaruh pada  sistem pencernaan kita.

Dalam studi yang dilakukan tim dari Universitas Harvard tersebut, para peneliti meminta 10 pria dan wanita berusia 21-33 tahun untuk mengonsumsi pola makan nabati dan pola makan yang lebih banyak mengandung protein hewani. Kemudian populasi bakteri dalam usus mereka dianalisa.

Ternyata, beberapa hari setelah mereka mengubah pola makannya menjadi pantang daging dan lebih banyak mengonsumsi nabati, jumlah bakteri yang membuat asam amino (pembangun protein) di usus mereka lebih banyak. Bakteri ini mendapat makanan dari karbohidrat yang berasal dari sayur atau buah.

Sementara itu, para pemakan daging memiliki lebih banyak bakteri pencerna protein. Sebagian dari bakteri ini terkait dengan penyakit inflamasi usus (IBD). 

Karena itu jika akhir-akhir ini Anda sering mengalami masalah pada perut, coba perhatikan pola makan Anda. Mungkin Anda kurang memperhatikan keseimbangan nutrisi yang masuk dengan lebih banyak makan daging dan lemak.

http://female.kompas.com/read/2013/12/14/1454557/Yang.Terjadi.pada.Usus.Jika.Diet.Berubah
Sumber :

Editor :
Lusia Kus Anna








Saturday, December 28, 2013

Wanita Cukup Tidur, Risiko Penyakit Turun


Foto : Shutterstock/ http://assets.kompas.com/data/photo/2013/12/03/1153136shutterstock-110804156780x390.jpg

KOMPAS.com - Jika wanita menghabiskan waktu tidur lebih banyak, jangan terburu-buru menyebut mereka pemalas. Pasalnya menurut sebuah studi baru, kaum hawa memang membutuhkan waktu tidur yang lebih panjang daripada kaum adam.
Para peneliti asal Duke University menemukan, wanita mengalami lebih banyak kerugian baik secara mental dan fisik jika tidak mendapatkan istirahat yang baik. Namun studi tersebut bukan lantas menghalalkan wanita untuk tidur semaunya, tetapi justru meningkatkan kesadaran wanita akan pentingnya cukup tidur untuk menurunkan risiko penyakit jantung, depresi, dan gangguan psikologis lainnya.
Studi yang diketuai oleh psikolog klinis dan pakar tidur Michael Breus ini mengukur kebutuhan tidur baik pria maupun wanita dengan melihat kemampuan mereka untuk bertahan menghadapi kurangnya waktu istirahat. 

"Kami menemukan, wanita lebih mungkin untuk mengalami depresi dan kemarahan saat kurang tidur," ungkapnya.
Banyak faktor biologis yang berperan dalam perbedaan ini. Banyak pakar berpendapat, hal ini berhubungan dengan energi yang dibutuhkan oleh otak wanita lebih besar daripada pria. Wanita, kata mereka, lebih banyak menggunakan otak mereka ketimbang pria.
"Salah satu fungsi utama tidur adalah untuk penyembuhan alami otak. Saat memasuki fase tidur dalam, korteks otak, bagian yang bertanggung jawab atas pikiran, ingatan, bahasa, dan lain-lain, mengalami modus pemulihan," ujar Jim Horne, direktur pusat penelitian tidur di Loughborough University di Inggris.
Semakin banyak otak digunakan saat dalam keadaan sadar, imbuhnya, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan. Sementara, wanita cenderung untuk melakukan multitasking sehingga lebih banyak menggunakan kapasitas otaknya dibanding pria.
Namun jika pria berpikir lebih banyak selama tersadar, mereka juga membutuhkan tidur yang lebih banyak juga. "Pria dengan pekerjaan yang rumit seperti harus mengambil keputusan berat setiap harinya juga membutuhkan tidur yang lebih banyak dari rata-rata pria lainnya," ungkap Horne.
Penulis : Unoviana Kartika 
Sumber :
Editor :
Wardah Fajri





http://health.kompas.com/read/2013/12/26/1521315/Wanita.Cukup.Tidur.Risiko.Penyakit.Turun